Tuesday, 3 March 2009
Ingat Mati
Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu semua melarikan diri darinya itu, pasti akan menemui kamu, kemudian kamu semua akan dikembalikan ke Dzat yang Maha Mengetahui segala yang ghaib serta yang nyata.” (QS. Al Jum’ah:8).
Barangkali narapidana yang menjalani hukuman mati adalah baik, dia tahu kapan dia akan dijemput malaikat maut. Dan seorang yang berjuang mengangkat senjata di jalan Allah adalah lebih baik lagi karena dia tahu pilihan dihadapannya kematian yang mulia.
Kita? Tidak tahu dimana kita akan mati. Mungkin di atas ranjang tidur, atau di rumah sakit, bahkan tidak mustahil di dalam kamar mandi ataupun di jalan raya. Bisa jadi pula, mungkin ketika sedang shoping, ataupun ketika sedang berdansa di diskotik.
Allah merahasiakan waktu kematian, supaya manusia senantiasa bersiap diri selalu untuk menghadapi mati dengan membiasakan diri dengan taubat dan ibadah kepadaNya. Kalau manusia tahu akan mati pada suatu waktu yang sudah tertentu, tak tertutup kemungkinan kadang justru akan memilih bersenang senang dahulu sebelum datangnya mati itu.
Banyak kejadian di depan mata ataupun berita-berita nyata yang bisa menjadi pengajaran. Ada yang mati di tepian jalan raya, sedang makan-makan dan sedang menunggu bis hendak naik. Hal itu membuktikan bahwa mati tidak hanya ketika sakit semata-mata. Barangkali sudah berhati-hati ketika berada di jalan raya, tetapi disebabkan kecerobohan orang lain datang juga maut menjemput.
Bekas pemain sepak bola, Ali Bakar dan pemain Kamerun Mark Vivien Foe menemui ajal di lapangan bola, walaupun selama ini sering mendengar, berolah raga menyehatkan badan.
Tidak ada yang mengharap kematian, tetapi coba bayangkan ketika sedang membeli pecah belah di pasar malam, mall atau sedang berlibur di hotel-hotel, atau ketika bersenang-senang di cafe malam, “BOOOM!”. Sesuatu yang sudah berlaku di Indonesia, Filipina, India, Rusia dan juga Israel. Sungguh menakutkan sekiranya tidak mempersiapkan diri menghadapi mati setiap saat. Mati itu sesuatu yang pasti. Tetapi banyak yang tidak siap menghadapinya malah coba melarikan diri daripada mati.
Banyak orang berdoa supaya umurnya panjang. Sedangkan yang terbaik adalah berdoa supaya dipanjangkan umur sekiranya disitu ada keberkatan dan supaya dipendekkan umur sekiranya itulah yang terbaik. Manusia tidak tahu kapan kepastiannya itu datang, ia menjadi rahasia Allah.
Sering kali gambaran kehidupan duniawi mudah membuat kita terlena. Apalagi ketika begitu semakin banyak perlengkapan hidup dengan segala macam kemajuan, kemudahan dan kenikmatannya yang semakin mengepung kita di masa modern ini.
Dalam keadaan seperti itu, nasehat dari siapapun biasanya tak lagi digubris. Tapi ingatlah setiap kita memiliki penasehat yang sangat ampuh, yaitu kematian. Bila sejenak merenungkan kematian yang sewaktu-waktu pasti akan datang, pasti kita akan lebih hati-hati dalam melangkah.
Cukuplah kematian itu sebagai penasihat. (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Orang yang melalaikan datangnya kematian, berarti kehilangan penasehat terbaiknya. Kehidupannya akan mudah tergoda dan terperosok dalam kelalaian. Keterlenaannya mengejar kehidupan dunia, kenikmatan sesaat dan bermegah-megahan membuatnya lalai mempersiapkan bekal akhirat hingga kematian menjemput. Akibat lalai dengan nasehat kematian, akhirnya hanya berujung kepada penyesalan abadi di neraka jahim.
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS. At Takastur: 1- 8).
Bagaimana dan di mana kita mati itu bukan persoalan yang utama. Abu Jahal dan Abu Lahab mati di Mekah tetapi tempatnya tetap di neraka. Sumaiyyah mati disiksa tetapi tempatnya di syurga. Abdullah bin Ubay mati diselimuti sorban dan jubah Nabi saw tetapi ia tidak menjamin keselamatannya di akhirat. Hamzah Abdul Muttalib mati dengan hati dan empedunya telah hancur, tetapi berada di kebun-kebun surga yang mulia kedudukannya.
Yang perlu dikhawatirkan adalah, adakah kematian kita itu kematian yang baik (husnul khatimah) ataupun kematian yang tidak baik (su’ul khatimah). Itu yang perlu kita fikirkan.
Karena, saat datangnya ajal maut itu di tanganNya. Maka kepadaNya saja kita memohon perlindungan dan semoga pada saatnya kita dicabut nyawa dengan kematian yang diberkati.
Lapang Dada
“Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu, dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan kami tinggikan bagimu sebutanmu karena sesungguhnya selepas kesulitan itu, ada kemudahan. Maka apabila kamu sudah selesai, kerjakanlah yang lain dengan bersungguh-sungguh. Dan hanya kepada Allah saja hendaknya kamu berharap.” (QS. 94 : 1-8)
Wahyu ini turun ketika Rasulullah SAW menghadapi masa paling getir dalam hidupnya. Ketika itu baginda kehilangan isteri dan bapak saudara nya serta menghadapi permusuhan dari kaum Quraisy. Dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Allah SWT menghi bur dan melapangkan dada baginda dengan turunnya rangkaian ayat itu.
Orang-orang yang dilapangkan hatinya oleh Allah SWT adalah orang yang tidak terlalu cinta dunia, tapi cinta kepada kehidupan abadi di akhirat kelak. Ia hanya berfikir untuk menyiapkan diri menghadapi kematian, sehingga meraih husnul khatimah.
Jadi, ketika merasa berat dan susah menghadapi cobaan hidup, tanyakan hati, apakah karena terlalu cinta dunia? Adakah fokus hidup dan perhatian hanya tertumpu untuk dunia sehingga tidak ada tempat (hanya sedikit) bagi Allah SWT?
Kata ‘usry bermaksud kesulitan yang ditanggung begitu berat. Tapi kesulitan itu menjadi ringan jika selalu diapit kelapangan dan kemudahan.
Kehangatan hanya dapat aku nikmati jika aku pernah kedinginan. Cahaya hanya boleh menyinari jika aku pernah berada dalam kegelapan.
Jika Engkau tidak pernah memberikan aku kedinginan, kegelapan dan kesedihan, mungkin akan selalu mengabaikan semua nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Mungkin kami menjadi manusia yang kufur nikmat. Dan tanpa kami sadari, kami berjalan jauh dari-MU. Ya Allah, jangan biarkan kenikmatan melalaikan kami daripada mengingati-Mu, karena tiada tujuan kami selain untuk bertemu dengan-Mu.
Ketika menghadapi kesempitan hidup, mengembalikan semua kepada Allah, Kemudahan akan segera datang. Hujan tidak selama-lamanya turun karena ada saatnya berhenti juga. Badai pun pasti berlalu. Hidup adalah perjuangan dan tiada perjuangan yang mudah dan dapat diselesaikan dengan jalan singkat. Setiap perjuangan memerlukan pengorbanan.
“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (At-Thalaaq : 2-3)
dikutip dari majalah mutiaar amaly